Jurnalis : Bahri Layya
Metromilenial.com,Sidrap--Dua Legislator beda Partai Politik (Parpol) kembali bertemu dengan melakukan misu kemanusiaan di salah satu rumah nenek tua renta di Sidrap. Keduanya adalah Sudarmin Baba, SH legislator tiga priode berturut-turut di DPRD Sidrap, dan H. Zulkifli Zain, mantan Ketua DPRD Sidrap, yang " naik kelas"menjadi legelator Provinsi Sulsel. Kedua Sosok ini beda, usia, beda pengalaman hidup dan beda partai. La Baba, sapaan akrab Sudarmin politisi kawakan Partai Demokrat. Bicaranya pendek, tidak bertele-tele tapi tegas dan konsisten. Lababa juga dikenal komitmen dengan pernyataannya apalagi untuk memenuhi janji, seberat apapun resiko sebuah janji, jika itu sudah diucapkannya Lababa pantang surut. Janji itu harus ditaati " Ada-adaemi natu riaseng tau " ( karena ucapan kita dinilai orang sebagai manusia ), ujarnya suatu ketika.
Boleh jadi, sikap tegas, konsistensi dan kepeduliannya itu mengantarnya bertahan 3 priode bersuara lantang di Fraksi Demokrat DPRD Sidrap, ujar Aris asnawi, mantan aktivis Partai demokrat Sidrap 15 tahun silam.
Sementara H. Zulkifli zain, yang dikenal dengan kedermawanannya lewat berbagai aktivitas dakwah, adalah politisi yang istiqamah berteduh dipohon rindang beringin - Partai Golkar.
Politisi yang kerab menghindar dari publikasi karena menurutnya, jika tangan kanan berbuat kebajikan tak mesti tangan kiri tahu, kini kembali dipercaya oleh Taufan pawe, ketua Golkar Sulsel, untuk mengarsiteki golkar Sidrap, sebagai ketua Pelaksana tugas Golkar Sidrap.
Dalam misi kemanusian kedua tokoh ini, kerab bergandengan tangan membantu kaum dhuafa - mereka yang memiki keterbatasan ekonomi.
Teranyar, baru-baru ini, seorang ibu nenek rentah yang tinggal disebuah gubuk tak layak huni.
La Baba dan H. Filli, langsung bergandengan tangan membantu membangun tempat tinggal yang layak. " tak ada tabir pemisah dalam misi kemanusian, warnah baju ( partai red) boleh beda tapi berbuat kebajikan itu kewajiban bersama" ujar Sudarmin baba, yang ditimpali H. Filli dengan senyum yang dikulum.
Menutut Aris asnawi, persamaan keduanya adalah masalah lalu. Kedua Tokoh politik ini sama-sama pernah mengalami pahit getirnya hidup. Itulah yang membentuk keduanya jadi sosok dermawan dan tak kuasa membendung air matanya melihat orang menderita baik ekonomi maupun sosial seperti jika orang diperlakukan tidak adil. Kedua Sosok ini tak nyenyak tidurnya untuk memberi Solusi.(Ris/Bah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar