Sejak 2020, setiap ketemu wija to Luwu, khususnya dari Kabupaten Luwu, hal yang dtanyakan atau dibicarakan pasti soal Bupati. Apa tidak ada hal menarik lainnya untuk dibicarakan ya, tanyaku dalam hati. Ujar H. Harbi Syam, wija tau Luwu kelahiran Bajo, september 1962 ini, saat secara kebetulan ketemu di Salah satu Cafe, Rabu 23/6-2021 di Toddopoli Makassar.
Jebolan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin - Unhas 1988 ini, mengurai sepenggal kisah hidupnya di rantau bumi Cenderawasi Sorong Papua barat.
Merantau ke belahan timur Indonesia Papua, bagi Harbi, adalah pilihan. Etos kerja sebagai Sarjana hukum ingin mengaplikasikan ilmu yang telah ditoreh selain untuk bersama masyarakat tentu juga mau mengubah nasib menjadi lebih baik dan bisa bermamfaat untuk keluarga, kerabat dan masyarakat, urai anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Papua barat dua priode 2014 - 2019, 2019 - 2024 ini.
Beberapa tahun malang melintang di perut bumi Papua dengan berbagai pekerjaan Harbi, akhirnya setapak demi setapak bisa mewujudkan impiannya punya usaha sendiri dan mempekerjakan orang dan kini, sudah punya beberapa perusahaan yang pengelolaanya ditangani keluarga dan kerabatnya karena Harbi, kosentrasi memperjuangkan aspirasi rakyat dan mengawal demokrasi lewat parlemen.
Karena tugas sebagai wakil rakyat membuatnya bolak balik dari papua kejakarta dan kerab transit di makassar, dan menyempatkan diri pulang kampung di Luwu, untuk lepas kangen dan Silaturrahmi dengan keluarga. Dari situlah bermula bersiliwarang informasi bahwa Harbi, mau jadi Bupati.
Bahkan, tanpa sepengetahuannya ada keluarga, teman sekolah yang membentuk tim sosialisasi.
Hal tersebut saya maklumi saja, mereka punya niat baik dan tentu mereka punya alasan sendiri, urai mantan aktivis mahasiswa IPMI Luwu ini.
Awalnya jujur, saya kurang respon. Buat apa berambisi jadi Bupati, nanti dikira ambisi kekuasaan atau mau mendulang rupiah dikampung karena di rantau tak lagi bisa mengepulkan asap dapur. Padahal, meski belum termasuk pengusaha Sukses, tapi tak kurang dari tiga perusahaan miliknya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan memberi mamfaat buat keluarga dan masyarakat termasuk setiap pulang kampung tak luput berbagi berkah.
Hanya memang saya tentu sebagai putra Luwu, berkewajiban untuk turut serta berpartisipasi dalam proses akselerasi kemajuan kampung kelahiran. Bentuk partisipasi pembangunan itu bentuknya tentu sesuai Kapasitas, kompentensi yang kita .miliki masing-masing yang bertujuan sama yakni kemajuan daerah Luwu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Harus di sadari bahwa Luwu sesungguhnya adalah miniatur Indonesia.
Potensi Sumber daya Alam, laut, darat dan gunung perut bumi Luwu sungguh luar biasa, hampir semuanya ada. Demikian halnya Sumber daya manusianya, hampir semua Suku besar Indonesia ada di Luwu. Potensi ini sejatinya terkelola dengan baik, wija tau Luwu baik yang bermukim di 22 Kecamatan di Luwu dan yang berada di daerah rantau mestinya bersatu untuk tujuan yang sama membangun Luwu sebagai penjangga utama pembangunan Nasional Indonesia, tapi sayang, mereka tidak bicara untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan itu yang harus dilakukan kedepan.(Ris/Bahri/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar